Lima
tambah tiga berapa? Ah, ntar aja dech, nunggu Pak Guru
Akhir-akhir
ini kita sering kali kita mendengar ungkapan, tunggu saja tanggal 22 Juli. Atau
woles aja bro…kita tunggu besok 22 Juli…..atau berbagai ungkapan lain yang
senada. Sepertinya itu menyejukkan, bijaksana, atau istilah kerennya, negarawan.
Hmmm… apakah benar begitu?
Bagi
saya, science is science, saya tidak mau mengutip ungkapan dari para ahli
tentang science, akan tetapi menurut saya, quick count adalah hasil dari
science, hasil dari ilmu pengetahuan, dan terlebih lagi, hasil dari suatu ilmu
pengetahuan, yang sebenarnya sudah mapan.
Quick
count di negara maju, seperti Amerika, misalnya, hampir selalu benar. Memang
ada beberapa kali kesalahan, akan tetapi itu sudah terjadi puluhan tahun yang
lalu. Dan setidaknya hampir 20 tahun ini tidak ada kesalahan atau masalah
apapun dalam mensikapi hasil quick count.
Di
Indonesia, sudah ada beberapa kali kejadian yang ‘menyalahkan quick count’.
Misalnya di Jawa Timur dalam pemilihan Gubernur periode yang lalu. Akan tetapi,
sebenarnya itu bukan karena metode quick countnya yang menjadi masalah. Masalah
quick count terjadi karena orang dengan sengaja memperkosa metode statistik
quick count untuk kepentingan tertentu, dalam hal ini pihak yang membayarnya.
Ini
mungkin agak kasar karena saya mempergunakan istilah memperkosa. Tapi
ya…itulah..Metode quick count yang sebenarnya sangat valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, dipelintir dengan tujuan tertentu. Ini mungkin yang
mendasari ‘orang-orang bijaksana’ mengatakan kita tunggu saja 22 Juli. Akan tetapi,
saya yakin bahwa orang mengatakan itu semata-mata demi keutuhan dan persatuan
bumi pertiwi, meskipun mengorbankan ilmu quick count.
Jika
dipergunakan dengan baik, metode quick count saya yakin dapat menjawab dengan
tepat (dalam toleransi tertentu) siapa yang memenangkan presiden di Indonesia
sekarang. Tidak usah menunggu berhari-hari. Memang Quick count tidak mempunyai
kekuatan hukum dan juga tidak boleh digunakan untuk mengatur hukum. Akan tetapi,
hasil dari quick count sangat layak digunakan untuk mengambil suatu keputusan
penting, meskipun tentu saja, suatu keputusan yang bukan pro yustisia. Orang boleh-boleh
saja mengklaim kemengangan berdasarkan hasil quick count, meskipun, sekali
lagi, klaim ini tidak mempunyai kekuatan apapun di mata hukum. Masyarakat juga
harus cerdas, dan terutama, para stake holder yang harus bersikap jujur dan
menggunakan hati nurani dan bukan dengan ngotot-ngototan. Kata kuncinya adalah, pelaku quick count harus benar-benar jujur dan
menggunakan hati nurani.
Mengapa
hasil quick count bisa berbeda-beda? Saya yakin bahwa jika dilaksanakan dengan
benar maka hasilnya akan selaras, tidak serupa akan tetapi memberikan hasil
akhir yang senada. Sekali lagi, mengapa kemarin berbeda-beda? Saya tidak tahu,
tapi untuk menjawab pertanyaan itu, satu-satunya cara adalah dengan saling
membuka metode dari pelaksanaan masing-masing. Jika itu dilaksanakan, maka
pasti akan jelas kelihatan, mana yang benar dan mana yang salah. Jadi pembuktian
benar tidaknya bukan dengan saling menantang, jika saya benar loe berani bubar
gak? Akan tetapi dengan cara, mari bersama-sama kita saling membuka data. Yang tidak
berani membuka data itulah yang patut dipertanyakan. Soal siapa yang membiayai
quick count, selama pelaksananya jujur dan menggunakan nurani, tidak ada
masalah.
Ungkapan
nanti saja tunggu tanggal 22 Juli akan memberikan preseden buruk bagi generasi
muda yang sedang belajar untuk menjadi ilmiah. Ilmu dianggap menjadi sumber
masalah. Hasil quick count bikin ribut, padahal jelas-jelas yang bikin ribut
bukan lah hasil quick count, akan tetapi orang-orang yang memperkosa quick
count tersebut. Generasi muda bisa menjadi tidak berani mengambil kesimpulan
berdasarkan kajian ilmiah mereka, menjadi tidak yakin dengan kebenaran ilmiah,
dan ini menjadi mimpi buruk bagi perkembangan sains secara keseluruhan di
Indonesia.
Sebuah
batu yang saya pegang di tangan, lalu saya lepaskan maka batu akan bergerak ke
mana naik, turun atau gimana? Wah kalau itu nanti saja, kita lihat…..kita
buktikan dulu……..